Bangunkan Aku Sebagai Anak Kecil Yang Tertidur di Gendongan Ibu

Hidup ini selalu saja lucu dengan harapan-harapan yang kadang tak tersampaikan, dengan rencana-rencana yang berantakan atau dengan cinta yang (masih) tidak membebaskan. Ingin kupecahkan kepalaku sendiri dengan cara berpikir sekeras-keras nya atau kupecahkan dengan tanganku sendiri. Akan kulakukan di sudut tersunyi bumi ini, yaitu di ketidakpedulian orang lain.

Kuharap ini kejatuhan dan kehancuran yang terburuk sekaligus yang terbaik, agar aku bisa memperbaikinya kembali sebaik-baiknya lagi dari awal. Manusia memang hanya memiliki satu nyawa. Namun, ia bisa mati berkali-kali dalam satu kali kehidupan, ketika dalam himpitan kesendirian dan ketidakberdayaan. Bisa kembali lebih mati ketika ia dilupakan setelahnya.

Apa yang hidup adalah apa yang diingat, apa yang abadi adalah apa yang tetap selalu bisa dirasakan.

Yang membedakan kita dengan segala yang ada di alam semesta ini adalah apa yang berbicara di dalam diri kita masing-masing. Ia adalah sesuatu yang sanggup menembus kedalaman segala yang bernyawa dan tidak bernyawa sekaligus. Kita tak perlu berdebat tentang siapa yang paling sunyi di dunia ini. Apakah udara malam atau langit tanpa bintang-bintang.

Aku berdiam seorang diri di sudut tersunyi seperti malam-malam sebelumnya. Musik yang murung kubiarkan berjalan perlahan di kepalaku. Angan-angan mengepul membentuk benteng raksasa yang keras seperti kemustahilan yang nyata. Padahal ini hanya angan-angan. Hanya fantasi dan imajinasi yang berlebihan di tengah hiruk-pikuk kehidupan kota yang jelas nyata. 

Jangan bangunkan aku sampai kematianku tiba. Hidup ini terlalu nyata sebagai kekacauan dan terlalu mimpi sebagai kebebasan. Tidurkan aku dalam sajak-sajak tentang manusia masa lampau yang berburu dan bercocok tanam di alam bebas. Bangunkan aku sebagai anak kecil lagi yang masih belum sanggup menyeka ingus dan tertidur di gendongan ibu. 

Komentar

Postingan Populer