Bapak

beberapa hari yang lalu aku mendapat kabar kalau bapak di kampung sedang sakit. meski kata emak tidak terlalu parah namun itu cukup untuk membuatku merasa khawatir dan menguras segala semangatku untuk melakukan apa pun hari ini. aku mendengar lagu iksan skuter yang berjudul bapak ketika menulis ini, kuulang dan terus kuulang-ulang. lagu ini begitu dalam dan sangat tepat untuk menggambarkan bagaimana seorang anak yang telah beranjak dewasa begitu segan menampakkan perasaan cinta pada bapaknya. meski tak pernah sekali pun menyebut kata bapak di dalamnya, entah kenapa hari ini lagu “bapak” ini sangat berengsek menurutku. aku merasa bahwa lagu ini diciptakan untukku dan suatu hari aku harus menyanyikannya di rumah, di ruang tengah depan teleivisi, di hadapan bapak, ibu dan saudara-saudaraku. tak peduli seburuk apa pun suaraku.
aku masih ingat dan masih sangat jelas diingatan ketika memeluk bapak pada acara wisudaku beberapa tahun lalu. kapan terakhir kali kamu memeluk bapakmu? bagi sebagian orang, memeluk bapak mungkin biasa saja namun bagiku entah kenapa sangat sulit untuk kulakukan, bukan karena aku tidak dekat dengan bapak, namun mungkin karena aku merasa bahwa bapak tak butuh pelukan, bapak hanya butuh bukti jika aku bisa membahagiakan emak dan dirinya, juga diriku sendiri.
bapak adalah tipe orang yang tegas namun bijaksana. masa kecilku berimbang antara omelan, kasih-sayang dan beberapa kali pukulan dari bapak. namun aku tak pernah sedikit pun merasa menyesal apalagi marah kepada beliau. karena aku yakin bahwa kasih sayang tidak selamanya berbentuk elusan,pujian dan kata-kata yang menyanjung. pada lain hal, bapak adalah seorang pekerja keras, itulah kenapa bapak terlihat cepat menua dan keriput. kami anak-anaknya selama ini telah memakan bagian-bagian segar tubuh bapak. bapak bekerja tak mengenal lelah, dari tahun ketahun mengerjakan sawah, mengerjakan rumah-rumah dan bangunan dimana pun bapak dibutuhkan. bapak adalah tipe orang tua yang sangat mengedepankan pendidikan anak-anaknya dibanding hal-hal lain. bapak selalu yakin jika nafkah yang didapatkan dari tangannya sendiri akan selalu lebih berkah meski hanya sebesar remah-remah biji beras.
aku selalu suka ketika bapak bercerita tentang masa kecilnya. sejak kecil bapak sudah yatim. sering ditinggalkan ke perantauan oleh ayah dan ibunya. bapak tidak menamatkan pendidikannya di sekolah dasar karena harus menggantikan orang tuanya mengerjakan segala urusan rumah. mulai dari mengurus adik-adiknya yang masih balita, mengurus hewan ternak, sawah dan kebun serta pekerjaan-pekerjaan lain. sejak kecil bapak sudah ditempa untuk menjadi manusia tangguh. katanya, bapak tak pernah menikmati bagaimana rasanya dibelikan pakaian dan sepatu baru dari seorang bapak. lain halnya dengan saya yang selalu dimanjakan dengan disekolahkan, dikuliahkan, dibelikan apa pun yang kuinginkan dan lainnya.
aku selalu berharap suatu hari nanti bisa menulis sebuah buku tentang keluarga sederhanaku dimana bapak adalah tokoh utama. menceritakan masa kecilnya, bagaimana bapak beranjak dewasa dan bertemu emak. lekas sehat bapak.

Komentar

Postingan Populer