Ketika Penghuni Langit Saling Menjaga Jarak

Sumber: https://id.pinterest.com/pin/159526011787281192/

ketika langit dan bumi menjaga jarak dan semakin jauh. senja dan bulan tak lagi saling mengenal, selalu terburu-buru dan terbenam di kegelapan bernama kesepian. ketika keadaan semakin buruk dan tak satu pun mendengarmu. ketika bagian dirimu satu-persatu berguguran dan tak seorang pun yang pernah melihatmu mati-matian untuk bangkit berdiri. keadaan semakin mencekikmu dan kau masih mampu tersenyum karena hanya itulah milikmu satu-satunya yang tak seorang pun akan mampu merebutnya pergi.

hidup ini milik semua orang namun sayangnya terkadang kematian begitu menakutkan. tak ada yang siap membayangkan sesuatu lahir, berlalu, mati dan kemudian dilupakan. aku tak mengerti mengapa orang-orang begitu menginginkan cinta melebihi apa yang sanggup mereka rasakan. aku memang tak begitu mengerti apa yang aku katakan saat ini. aku tak mampu merasakan satu persatu segala hal di balik dada orang-orang yang merasa pernah hidup dan memiliki tempat pulang. perasaan seperti apa ini?

aku belum pernah bepergian begitu jauh. aku belum banyak mengalami peristiwa besar dalam hidup. namun aku sanggup merasakan segala hal. aku bepergian jauh dalam lagu-lagu. aku sanggup merasakan bagaimana perang menghancurkan impian orang-orang malang itu. aku sanggup memeluk mereka yang kehilangan segalanya karena perbedaan sudut pandang. aku tak perlu menyesal mengapa sejak kecil aku tak diajarkan untuk mendapatkan banyak uang dan menjadi kaya. aku bersyukur sejak kecil diajarkan bagaimana bertutur dan berprasangka yang adil pada diri sendiri. meski tak banyak yang bisa kulakukan dengan itu namun aku selalu percaya jika segala hal besar itu bersumber dari hati. kau tahu apa yang paling suci dari hati? aku juga belum tahu pasti namun yang terpenting, ada seberkas cahaya yang tetap tampak meski kecil dan samar-samar. aku yakin itu cahaya Tuhan yang tersisa. aku yakin ada hal tak terlihat di dunia ini yang selalu menjalankan perannya dengan diam-diam. aku percaya ada kekuatan maha dahsyat di semesta raya ini yang selalu luput dari jangkauan pikiran. mungkin seperti inilah apa yang orang-orang selalu sebut dengan berserah pada sang maha tinggi.

aku selalu teringat apa yang pernah ditulis oleh Jim Morison bahwa, "tak mengapa menjumpai kesakitan, tak perlu menghindarinya. rasa sakit adalah pintu menuju kekuatanmu yang sesungguhnya, hanya saja tergantung bagaimana kau membawa rasa sakit itu". tak sepenuhnya benar apa yang orang-orang katakan tentang rasa sakit itu. tentang bagaimana rasa sakit akan melemahkan, menjatuhkan atau bahkan membunuh siapa pun. aku melihat rasa sakit seperti Jim melihatnya. aku meletakkannya dalam pikiran meski kadang menyusup ke dalam dada dan memecahkan mangkuk rapuh berisi hujan di mataku. tak mengapa menampakkan kesedihan, tak mengapa dianggap tolol karena kehilangan sesuatu yang masih bisa kau cari gantinya, begitulah cara kita merayakan dan menghargai sebuah petualangan bersama sesuatu yang berharga.

aku masih muda dan bersemangat. aku tak akan merasa terlalu tua untuk membicarakan bahkan menulis tentang cinta dan sakit hati. termasuk puisi-puisi. itu adalah tempat di mana kita bisa meletakkan segala yang personal. segala hal di dunia ini didasari dengan cinta, kecuali puisi yang ditulis untuk membunuh cinta, misalnya kau sedang baik-baik saja dan menulis tentang kehilangan. kau jelas tak manusiawi dan lebih mengharapkan sesuatu yang hanya bisa dianggap sebagai kebohongan. berprasangkalah yang tidak-tidak dengan tulisan ini. aku tak akan mengelak jika kau berkata bahwa aku sedang kesepian atau pun sedang terpuruk. beginilah caraku memelihara kesadaran. beginilah caraku mengikat nyawa dalam raga yang telah lama mayat.

ketika langit dan bumi semakin jauh dan tak lagi saling mengenal satu sama lain, aku menulis puisi untuk bulan. kutuliskan lewat udara malam yang dingin, membumbung serta di kepulan asap rokok yang terakhir. dan ketika pagi telah sempurna sebagai hari baru, bintang-bintang terlelap damai.

Komentar

Postingan Populer