Sebuah Tempat Yang Tak Rapi

Aku merapikan kamar adik yang dulu pernah menjadi wilayah teritorialku. Menyusun beberapa buku tulis dan bacaan mereka yang berserakan. Begitu mirip dengan apa yang pernah kulakukan pada kamarku di saat-saat masih bersekolah. Aku meletakkan lampu baca pada posisi awas menghadap buku pada halaman yang akan kubaca sebentar lagi. Secangkir kopi panas yang asapnya mengepul, buku catatan kecil untuk referensi, buku catatan untuk hal-hal yang lebih pribadi serta pulpen telah bersiaga di depanku. Eh, tak lupa beberapa cemilan khas rumah juga sedang menunggu untuk kusambat sedikit demi sedikit dalam keadaan setengah sadar ketika larut pada halaman buku yang sedang kubaca. Semua sudah siap di hadapanku. Di dalam ruangan yang berdebu, lembab karena musim hujan dan juga dingin. Aku berusaha membuat suasana lebih tenang dan senyaman mungkin. Rumah adalah tempat terdekat yang bisa siapa pun jangkau untuk memenuhi kebutuhan itu. 

Aku sudah beberapa hari di rumah dan ini adalah pulang kampung terlama di luar bulan ramadhan, juga yang paling melelahkan. Pada siang harinya aku merasa bukan diriku. Aku memacu diri seperti dikejar hal-hal yang menggantungkan keberlangsungan hidup. Hujan dan panas terik adalah sahabat yang datang silih berganti. Yah, bukan hal yang mengejutkan lagi bagi kami. Bagi kami, keluarga kecil yang hidup dari segala hal yang berkebalikan dari kesibukan di kota.

Betapa menyenangkannya bagiku ketika malam tiba. Bukan karena waktu istirahat yang akan melimpah, melainkan aku akan merebut diriku kembali. Duduk manis di depan meja dengan lampu baca dan segala fitur pelengkap kebahagiaanku. Aku membuka lembar-lembar buku, menyimak setiap kalimat, mencatat yang perlu kucatat atau paling tidak harus kuingat sebagai ilmu yang kuyakin kelak akan sangat berguna. Tentu saja semua yang kulakukan tak pernah luput dari iringan musik instrumen piano yang menenangkan dari spotify. Aku melakukannya tanpa tekanan. Tanpa perasaan cemas seperti yang kurasakan ketika sedang berada di kota.

Aku lebih banyak mengurung diri ketika pulang kampung, setidaknya beberapa tahun ini. Teman-teman sudah tak seramai dulu lagi. Suasana tempat ini sudah berubah sejak lama. Semakin hari semakin asing dan menjadi tempat yang terasa tak pernah kudatangi. Rumah adalah pengecualian. Ini adalah tempat di mana segala obat sedang berada dan aku bermeditasi pada setiap detik berada di dalamnya.

Hmmm, aku menarik nafas panjang. Kurenungi setiap hal yang telah berlalu. Aku merasa sedang berjalan sendirian meski orang-orang terdekat tetap menyemangati dan rasanya mereka dikejauhan sana. Aku merasa semakin sendiri dan sunyi ketika mengingat bahwa aku sebentar lagi berulang tahun. Apakah akan tetap sama seperti sebelumnya. Berulang tahun berarti merayakan segala kesunyian yang ada.

Aku ingin menulis banyak hal. Tentang orang-orang baik yang kukenal. Tentang orang menyenangkan yang belum pernah kutemui atau orang-orang yang menganggapku bukan apa-apa dan gagal. Aku mencintai mereka. Mereka adalah pemberi hidup. Mereka adalah tempat untuk merawat, mencintai dan membuktikan. Kelak, akan ada yang tersenyum setelah menyebut namaku. Semoga.

Komentar

Postingan Populer