Teruntuk Kau Yang Siapa?

Teruntuk kau yang jauh,
aku rindu ketika kau menceritakan apa saja yang sedang kau bayangkan ketika bertemu denganku. Aku rindu bagaimana kau dengan bahagia menceritakan segala rencana kecil bagaimana kita akan melewati siang dan malam yang singkat berdua ketika bertemu nanti.

Teruntuk kau yang pemberani,
aku belum pernah menemukan perempuan sepertimu yang tak peduli kemungkinan-kemungkinan terburuk masa depan. Kau memiliki segala keberanian yang tidak dan ingin kumiliki jua. Aku berpikir bahwa kau sedang menyia-nyiakan waktu dan keberanian itu untuk orang yang tak layak kau beri. Akulah orangnya, yang menyia-nyiakanmu. Kau adalah permata yang bersinar di tengah kerumunan orang-orang buta.

Teruntuk kau yang maha tawa, 
izinkan aku mengingat suara-suara bahagiamu. Akan kusimpan baik-baik sampai aku benar-benar menua dan tak lagi bisa mendengar apapun, termasuk suara hatiku sendiri. Kau adalah suara angin di tengah hutan yang lembab dan teduh. Di sebuah tempat jauh dari kotamu, selalu ada  sepasang mata yang terpejam ketika mengenang segala tentang rencana lampau.

Teruntuk kau yang segala, 
menarilah dalam kesedihan. Kau harus tahu bahwa hidup ini kadang tidak sebaik yang kita pernah bicarakan. Hidup ini tidak selalu memihak pada orang-orang seperti kita. Namun pada lain hal, aku ataupun kamu tak pernah saling memberi ampun pada siapa saja yang menyerah. Apa yang kumaksud ini adalah sesuatu yang bukan akhir. Ini bukan sesuatu yang tak bisa  kita pecahkan, bukan sesuatu yang tak sanggup kita tempuh dan bukan sesuatu yang mesti dibiarkan terkubur lalu selesai begitu saja. Aku percaya bahwa waktu bagaimana pun kejam dan pelitnya memberi kesempatan, akan selalu saja ada hal baik yang bisa kita rebut kembali.

Komentar

Postingan Populer