Melupakanmu Dengan Begitu Tenang

Betapa waktu yang singkat itu adalah hujan. Betapa segala kalimat yang bertemu waktu itu kini tumbuh menjadi kenangan kecil. Tumbuh menjadi desahan nafas yang singkat mulai saat kau tarik pipimu hingga berujung senyum yang mungil. Kau sedikit memindahkan kata-kata dan pertanyaan ke telingaku dan aku pura-pura kurang mendengar lalu kau ulangi sekali lagi.

Kini malam telah jadi tempatku berlindung dari prasangka rasa yang bias. Aku menyesal tak bisa menikmati waktu berlama bersama ceritamu. Siapa yang menyangka jika kau pun ingin? 

Kau jelas tak tahu bagaimana aku telah mati selama tiga tahun dalam tubuh seseorang. lalu bergentayangan di dalam dirimu. Kau begitu menakutkan buatku, hingga aku tak sanggup untuk berpikir dan melibatkanmu di dalamnya. Aku memahami jika kenangan yang kubawa selama ini adalah batas antara masa lalu dan masa kini. Keduanya bisa kusentuh namun tak sanggup kurengkuh bersama-sama. Kedua sisinya selalu saja ada yang menyakitkan dan ada yang menyenangkan. Mungkin lain cerita ketika aku memaknainya sebagai jembatan yang menghubungkan perihal segala yang sebentar lagi akan dilupakan.

Akhirnya kita kini berhasil terdampar pada tempat asing kita masing-masing. Bedanya, saat kau jatuh dan ingin pulang ke sesuatu yang selalu menunggumu, aku bukan lagi tujuan itu. Namun aku sebaliknya, kau adalah sesuatu yang selalu jadi rumah di antara segala pengalaman mencintai yang begitu menyedihkan. Aku berjanji akan kembali menemukanmu pada diri orang lain.

Komentar

Postingan Populer